Gangguan pencernaan
jangan dipandang enteng. Padahal, jika dibiarkan berlarut-larut, bisa
mengakibatkan kanker usus besar (kolon). Nah, sakit perut atau sembelit? Jangan
sepelekan. Segera ke dokter!
Sembelit, dalam istilah
kedokteran disebut konstipasi, adalah keadaan di mana waktu transit makanan
dalam usus berlangsung lebih dari 72 jam. Alhasil, terjadi konsistensi tinja
yang keras dan pencernaan terasa tidak nyaman seperti kembung, perut terasa
penuh, dan berat.
Menurut dr Fajar
Rudy Qimindra, sembelit sebenarnya bukanlah suatu penyakit, melainkan keluhan
penderita. Tapi, jika berlangsung terus menerus, penderita bisa terkena kanker
usus besar.
“Sembelit adalah
keluhan yang bersifat subjektif. Variasinya tergantung individu masing-masing.
Umumnya, frekuensi seseorang buang air besar mulai tiga kali per hari, sekali
per hari, hingga tiga kali per pekan,” kata dr Fajar.
Ketika makanan
masuk ke tubuh, usus akan segera menyerap air dan membentuk bahan sisa limbah
makan yang disebut tinja. Kontraksi dari otot usus akan mendorong tinja ke
bagian usus terakhir yang disebut rectum. Pada sembelit, tinja jadi padat dan
kering akibat terlalu banyak penyerapan air.
“Hal ini disebabkan
kontraksi otot usus yang perlahan-lahan dan malas sehingga tinja bergerak
terlalu lama ke arah rectum,” jelas dr Fajar.
Makin lama sembelit
berlangsung, makin keras tinja yang harus dikeluarkan. Dengan tinja yang sudah
begitu keras, tentu akan lebih sulit mengeluarkannya. Akibatnya liang dubur
terluka.
“Liang dubur pun
bisa mengalami keretakan (fissura) akibat terdesak dan tergesek oleh tinja yang
keras serta desakan mengeden yang kuat,” ujar Dr Hendrawan Nadesul.
Kaum perempuan,
menurut Dr Hendrawan, lebih sering sembeilt dibandingkan laki-laki. Hal itu
disebabkan pengaruh estrogen sebagai hormon utama yang dimiliki perempuan.
“Jadi, dibandingkan
pria, wanita memang lebih sering mengalami gangguan transit dalam usus,
termasuk sembelit dan radang (inflamasi) pada perut,” kata Dr Hendrawan.
Hingga saat ini,
gejala sakit perut dan sembelit sering diabaikan. Banyak orang, bahkan, tidak
peduli terhadap siklus buang air besar. Padahal, menurut ahli kanker dari RS
Dharmais Dr Adil Pasaribu Sp B KBD, dengan mengenali siklus itu, gejala
penyakit kanker usus besar bisa dideteksi lebih dini.
Kebanyakan
masyarakat tidak menyadari bahwa kanker usus bisa dipicu oleh gejala-gejala
yang sering dianggap remeh seperti cara diet yang salah, yang menyebabkan
perubahan kebiasaan buang air besar dan sembelit.
Hal lain yang juga
bisa menyebabkan kanker usus adalah pola hidup yang salah. Salah satu faktor
penyebabnya, antara lain, kurangnya asupan makanan berserat, kurang olahraga,
meningkatnya penggunaan obat-obatan dan pencahar.
Mengatasi sembelit,
dr Fajar menyarankan penderita untuk mencoba beberapa terapi sebelum
mengkonsumsi obat. Terapi yang diberikan berupa kombinasi makanan tinggi serat
dan air, latihan jasmani, dan bowel training, yaitu membuat jadwal untuk buang
air besar.
Dalam sehari,
kebutuhan serat manusia adalah 20-35 gram. Selain berguna untuk membentuk
gumpalan tinja, serat juga bisa menurunkan waktu transit. Serat dalam sayuran,
buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, termasuk gandum, merangsang gerakan
peristaltik usus.
Prebiotik yang
mengandung oligosakarida seperti pisang, papaya, ubi, dan bawang juga bisa
dikonsumsi. Tapi, dr Fajar mengingatkan bahwa pemberian serat ini harus
diimbangi dengan cairan yang cukup.
“Jika tidak ada
kontra indikasi seperti sakit ginjal, dianjurkan minum sekurang-kurangnya 6-8 gelas
per hari (kurang lebih 1500 -2000 ml),” ujar dr Fajar.
Menu yang harus
dihindari karena memicu sembelit adalah protein seperti daging, susu, keju dan
buah-buahan seperti salak, jambu biji (klutuk), dan apel. Demikian juga obat
flu dan batuk. [I3]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar